"DUHAI INDAHNYA PEMAKAMAN KAMI": Kisah Heroik Warga Telaga Kahuripan Wujudkan Lahan Pemakaman di Tengah Janji Palsu Pengembang dan Kepala Desa!

Tipikornews.com Bogor – Di balik gemerlap Perumahan Telaga Kahuripan, Bogor, tersimpan kisah perjuangan heroik warga muslim dalam mewujudkan lahan pemakaman yang layak. Kisah ini bukan hanya tentang pengadaan tanah, tetapi juga tentang iman, gotong royong, dan sindiran pedas terhadap janji palsu pengembang dan kepala desa.

Dr. Muslich Taman, Lc, Mantan Ketua Takmir & Pemerhati Sosial Keagamaan, mengisahkan liku-liku perjuangan ini dalam sebuah tulisan yang menyentuh hati. Di tengah perumahan mewah seluas 750 hektar yang mengabaikan kebutuhan mendasar umat Islam akan lahan pemakaman, warga muslim Telaga Kahuripan justru bangkit dan bersatu. 

"Bagaimana mungkin kawasan perumahan sebesar ini, dengan segala fasilitas yang megah, justru mengabaikan kebutuhan sangat mendasar bagi penghuninya, khususnya bagi umat Islam: yakni tempat peristirahatan sementara, sebelum dibangkitkan kembali pada hari kiamat nanti," tulis Dr. Muslich dengan nada getir.

Alih-alih larut dalam kekecewaan, para tokoh agama mempelopori gerakan untuk membeli lahan sendiri sebagai tempat pemakaman. Pada akhir tahun 2004, dengan semangat jihad fi sabilillah, mereka berhasil membeli sebidang tanah seluas 1.013 meter persegi di luar kawasan perumahan. Lahan tersebut kemudian diwakafkan untuk kepentingan pemakaman umat Islam, khususnya warga Cluster Candraloka.

Namun, perjuangan belum usai. Kebutuhan lahan makam tak hanya untuk satu cluster, tetapi untuk seluruh warga muslim di Telaga Kahuripan. Cahaya harapan muncul dari seorang dermawan, H. Baskoro, yang mewakafkan tanah miliknya seluas 2.050 meter persegi. Tantangan baru muncul karena lokasi tanah makam yang tidak memiliki akses jalan kendaraan.

Warga kembali bergerak dan bergotong royong untuk membeli lahan seluas 5 meter x 120 meter sebagai akses jalan. Total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp. 295 juta. Di tengah perjuangan ini, warga juga menagih janji seorang calon kepala desa yang dulu berjanji akan menyediakan lahan makam jika terpilih. "Kami hanya ingin mengingatkan saja, barangkali beliau lupa. Dan kami sudah beberapa kali mengingatkan," tulis Dr. Muslich dengan nada sindiran. 

Meski penuh liku dan tantangan, warga muslim Telaga Kahuripan tetap bersemangat mewujudkan lahan pemakaman yang layak. "Sungguh indah pemakaman kami, bukan karena asri atau megahnya, tetapi karena ia dibangun atas dasar iman, kasih sayang, dan semangat perjuangan bersama," pungkas Dr. Muslich.

Kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua bahwa dengan kebersamaan dan semangat pantang menyerah, kita dapat mewujudkan impian, bahkan di tengah keterbatasan dan janji-janji palsu.

Rdf

0 Komentar